SMILING

Kisah ini saya dapatkan dari teman saya efix wahyu, alumni Arsitektur 90 UNDIP semarang yang juga dia dapatkan dari temannya (SEMOGA BERMANFAAT):

Dari:
"Catharina"
Kepada:
lukas@p2k.gramedia.com, efix_wahyu@yahoo.com, retno_wratsangka@yahoo.com, dm_yayas@yahoo.co.id


>Date: Wednesday, October 8, 2008, 3:27 AM
> Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis
> alumni
> Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah
> bermukim di sana.
> Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan
> seumur hidup.
>================================================================================
>
> Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja
> menyelesaikan
> kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah
> Sosiologi.
> Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya
> harapkan
> setiap orang memilikinya.
> Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama
> 'Smiling.'
> Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan
> senyumnya
> kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan
> mendokumentasikan reaksi
> mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk
> mempresentasikan
> didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah
> bersahabat dan
> selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas
> ini
> sangatlah mudah.
>
> Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami
> saya dan anak
> bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk
> pergi
> kerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus.
> Pagi itu udaranya
> sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk
> dalam antrian,
> saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si
> Bungsu sambil
> mencari tempat duduk yang masih kosong.
>
> Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani,
> mendadak
> setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan
> bahkan orang
> yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar
> dari antrian.
>
> Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik
> dan melihat
> mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah
> saya
> membaui suatu 'bau badan kotor' yang cukup
> menyengat, ternyata tepat
> di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang
> sangat dekil!
> Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.
>
> Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap
> laki-laki yang
> lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia
> sedang
> 'tersenyum' kearah saya. Lelaki ini bermata biru,
> sorot matanya tajam,
> tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya,
> seolah ia
> meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya'
> ditempat itu.
>
> Ia menyapa 'Good day!' sambil tetap tersenyum dan
> sembari menghitung
> beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang
> akan dipesan.
> Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika
> teringat oleh
> saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki
> kedua sedang
> memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang
> temannya.
> Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita
> defisiensi
> mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah
> 'penolong'nya. Saya
> merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata
> dalam antrian
> itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga
> tiba2 saja
> sudah sampai didepan counter.
>
> Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa
> yang ingin
> saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan
> duluan.
> Lelaki bermata biru segera memesan 'Kopi saja, satu
> cangkir Nona.'
> Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu
> dibeli oleh
> mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin
> duduk di
> dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus
> membeli
> sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin
> menghangatkan
> badan.
>
> Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya
> sempat
> terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah
> mereka
> mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya,
> yang
> hampir semuanya sedang mengamati mereka.. Pada saat yang
> bersamaan,
> saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran
> itu juga
> sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua
> 'tindakan'
> saya.
>
> Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa
> saya untuk
> ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya
> tersenyum
> dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan
> saya) dalam
> nampan terpisah.
>
> Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas
>lain yang
> ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya
> ke
> meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya
> membawa nampan
> lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah
> dipilih kedua
> lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi
> makanan itu
> di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas
> punggung telapak
> tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap
> 'makanan ini
> telah saya pesan untuk kalian berdua.'
>
> Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata
> itu mulai
> basah ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata 'Terima
> kasih banyak,
> nyonya.'
> Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk
> bahunya saya
> berkata 'Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini
> untuk kalian,
> Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan
> sesuatu
> ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada
> kalian.'
> Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan
> haru dan
> memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak.
> Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.
>
> Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan
> meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak
> saya, yang
> tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk
> suami saya
> mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata
> 'Sekarang
> saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku,
> yang asti,
> untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan
> anak-2ku! '
> Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu
> kami benar2
> bersyukur dan enyadari,bahwa hanya karena
> 'bisikanNYA' lah kami telah
> mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat
> sesuatu bagi orang
> lain yang sedang sangat membutuhkan.
>
> Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu
> yang akan
> meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu
> lainnya, mereka
> satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin
> 'berjabat
> tangan' dengan kami.
> Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan
> saya, dan
> berucap 'Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang
> mahal bagi kami
> semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi
> kesempatan
> olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu
> contohkan tadi
> kepada kami.'
>
> Saya hanya bisa berucap 'terimakasih' sambil
> tersenyum.
> Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk
> melihat
> kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit'
> yang menghubungkan
> bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil
> tersenyum,
> lalu melambai-2kan tangannya kearah kami.
> Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang
> telah saya
> lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2
> 'tindakan'
> yang tidak pernah terpikir oleh saya.
> Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa
> 'kasih sayang'
> Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!
>
> Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan
> 'cerita' ini
> ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada
> dosen saya. Dan
> keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil
> dosen saya
> ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata,
> 'Bolehkah saya
> membagikan ceritamu ini kepada yang lain?' dengan
> senang hati saya
> mengiyakan.
> Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari
> kelas untuk
> membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun
> mendengarkan
> dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah
> menjadi sunyi.
> Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam
> membawakan
> ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah
> itu seolah
> ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu
> berlangsung, sehingga
> para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya
> diantaranya
> datang memeluk saya untuk
> mengungkapkan perasaan harunya.
>
> Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja
> menutup ceritanya
> dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir
> paper saya.
> 'Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan
> mengetahui betapa
> 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu
> itu.'
>
> Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan'
> diri saya untuk
> menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku,
> anakku, guruku,
> dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir
> saya sebagai
> mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang
> tidak pernah
> saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu:
> 'PENERIMAAN TANPA
> SYARAT.'
>
> Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa
> diresapi
> oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat
> membaca dan
> memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran
> bagaimana
> cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT
> HARTA-BENDA YANG
> KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN
> MILIK KITA,
> DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!
>
> Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati
> anda,
> teruskan cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada
> 'malaikat'
> yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang
> membaca cerita
> ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu
> (sekecil apapun)
>lagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!
> Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi
>dari
>kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang
> akan meninggalkan
> JEJAK di dalam hatimu.
>
> Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi
> untuk
> berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu!
> Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak, orang
> yang
> kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak!
> Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan
> semuanya!
> Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan
> bagi
> mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam
> sarang
> mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa
> mendapatkannya.
>
> Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja
> alam, tetapi
> orang-orang tua yang 'cantik' adalah hasil karya
> seni.
> Belajarlah dari
> PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup
> lama untuk
> bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri